Rabu, 23 April 2008

My Office

1 April 2008, ceritanya awal masuk kerja diriku di sebuah lembaga sosial kemanusiaan sebut saja Palang Merah Indonesia Cabang Kota Yogyakarta, satu hal kenapa aku memilih meninggalkan tempat kerja ku di sebuah penerbitan buku, satu hal adalah aku ingin mendarmakan diriku untuk kepentingan umat manusia di muka bumi ini, bukannya kerja di penerbitan buku juga bisa mendarmakan diri kita untuk umat manusia? sesungguhnya dimana saja kita berada bisa saja untuk mendarmakan diri kita untuk kepentingan umat manusia, tinggal diri kita sendiri bagaimana? mau apa tidak? tapi kalau kata orang mungkina aku ini udah jiwanya Palang Merah, jadi mungkin akan balik lagi ke kandangnya.
Yang jelas, diperusahaan penerbitan aku tidak menemukan apa yang aku cari, salah satunya yakni aku tidak bisa langsung bersinggungan langsung dengan masyarakat yang membutuhkan, walaupun ada juga yang bilang kepadaku, cukup di PMI menjadi relawan, karena dengan begitu kamu juga akan bisa mendarmakan diri untuk masyarakat, pengennya begitu, tapi kenapa gak begitu saja? nah itu dia? sebuah pertimbangan yang jika aku jelaskan cukup susah dinalar, jika tidak mau mengerti tentang apa yang aku ingin lakukan, kalau cuma lihat luarnya mungkin yang terbaca adalah aku cuma mencari materi ( walau mungkin itu ada benarnya). jadi sekali lagi aku menjadi karyawan di PMI karena ada tawaran, itu aku terima juga melalui pemikiran, pertimbangan sampai aku bertanya kepada Alloh melalui do'a dan sholat ku, dan itu membutuhkan waktu selama 3 bulan, terhitung sejak bulan Januari 2008, dan jawabnya adalah bergabunglah, kembalilah ke PMI, menjadi relawan atau karyawan sama saja, so jalanin aja, orang mau bilang apa, bukannya aku gak mau dengarkan, tapi kalau orang itu hanya melihat ku dari luarnya saja, jadinya aku cuekin aja, so maaf ya? coba memahami diri kita sendiri dan orang lain, jangan hanya luarnya saja.

oke.... inilah gambar tempat aku kerja sekarang,

gambar diatas adalah ruangan tunggu atau biasa dipakai para tamu yang ingin bertemu dengan siapapun yang ada di PMI, dan ruang tempat aku kerja ada di belakang warna merah, ruangan dengan ukuran 3 x 5 m, di isi oleh 4 orang, kalau pas lagi gak ada tugas luar, ruangan terasa sempit, untuk ada AC nya jadi gak begitu sumpek.




ya ini lah ruangan bagian Komunikasi dan informasi, kecil, sederhana tapi didalamnya terdapat perangakat yang mahalnya minta ampun,



Suasana kerja di ruangan Komunikasi dan Informasi, tampak gambar adalah Sub Bagian Humas (memakai baju biru-sebelah kiri) bernama Ady Baskoro dan Sub Bagian Tekhnologi dan Informasi (berbaju coklat-sebelah kanan) Wahyudin Susilo

Selasa, 22 April 2008

Ini Rumah Orang tua ku

Aku pingin cerita tentang rumah orang tua ku, rumah kecil sederhana dan nyaman ini adalah hasil kerja keras keringat orang tuaku, dan aku tidak terlahir di rumah ini, yang terlahir di rumah ini adalah 2 adikku, masa kecilku di habiskan di sebuah rumah kontrakan di sekitar Wirobrajan, pernah juga tinggal di Sumedang, Jawa Barat, namun akhirnya sejak aku masuk Taman Kanak- kanak, rumah ini lah yang sekarang aku tulis, namun aku jarang pulang ke rumah ini loh, karena paska kejadian gempa jogja 27 Mei 2006, aku masih trauma, jadi masih takut buat tidur rumah :D
dan rumah itu adalah seperti gambar di samping kiri.

Ada taman dan kolam ikan di depannya, namun sayang, tamannya tidak terawat semenjak adikku menikah, karena taman itu yang membuat dan merawat biasanya adalah adikku, sedang kolam adalah peninggalan Ayahanda tercinta yang meninggal 4 tahun silam, dan sekarang kolam itu di rawat oleh kakak ku.







Ini adalah ruang tengah atau ruang keluarga, ada televisi meja, rice cooker dan meja...
disini biasanya keluarga berkumpul, buat melihat televisi bareng, diskusi, rapat keluarga, ngerumpi sana-sini, tempat belajar juga...









Di ruang tengah, sambil mengkoneksi internet, chating deh bersama teman-teman yang aku kenal di dunia maya, cuma memakai ladtop toshiba pentium 4, koneksi menggunakan speedy jadi deh bisa ber YM an kemana aja...
diteman adikku yang bungsu... beda jauhkan?












Inilah kendaraan yang aku pakai... yang sebelah kiri adalah motor yang rewel, dia harus di perlakukan istimewa, karena motor boleh dibilang tua, jadi perlu sentuhan yang istimewa, sedangkan sebelah kanan adalah kendaraan harian yang biasa aku pakai buat pergi ke kantor, atau bermain puter-puter kota Jogja saja, namun sayang motor hariannya masih kredit, jadi suara motornya tentu saja berbunyi dit...dit...dit... kredit... kata teman ku loh....

yah begitulah aku dan rumah orang tua ku, yang pasti aku jarang sekali pulang kerumah, satu alasan adalah karena didikan orang tua ku, sejak SMA aku udah harus menjadi orang yang mandiri, so sejak saat itulah aku sudah mencoba untuk hidup mandiri, dan akibatnya aku jarang pulang ke rumah, aku hidup dengan cara berpindah-pindah tempat, walau akhirnya aku harus tidur di kantor juga...
so hidup mandiri memang membuat kita menjadi lupa pulang ke rumah.

Senin, 21 April 2008

Welcome to Jungle

Aku tersenyum, mendengar kata welcome to jungle, dari mulut seorang kepala markas PMI Cabang Kota Yogyakarta. Bukan bermaksud sombong atau merendahkan dirinya, namun kenyataanya sejak tanggal 1 April 2008, aku sudah harus masuk kerja di tempat baru ku.

Yah… di PMI Cabang Kota Yogyakarta diriku tercata sebagai karyawan kontrak, dan di Bagian Komunikasi dan Informasi aku berada, bersama kawan baru yang juga baru aku kenal, mereka adalah Abe dan Dona, selang 4 hari kemudian datang kawan lama yang dulu sama seperti diriku, yaitu udin.

dan inilah dia suasana tempat kerjaku, sebuah ruangan dengan ukuran 3 x 5 meter, didalamnya ada 4 meja, 3 komputer, 2 lemari, dan tentu saja dengan 4 orang yang setiap pagi sampe sore menghiasi ruangan kecil ini dengan diskusi, canda tawa, bertengkar, dan berin

teraksi untuk menciptakan sebuah suasana kerja yang kondusif


dan seperti inilah wajah serius jika sedang membuat konsep, proposal, rencana kerja, desain, ataupun laporan, yang pokoknya ketika kerja wajahku seperti ini (ternyata gak jelek-jelek amat ya wajahku..:p)
yang jelas tuh gambar gak bermaksud narsis, tapi gambar atau photo itu diambil secara diam-diam ketika aku sedang serius.




Minggu, 20 April 2008

Kiat-Kiat Bikin PD Meningkat

• Giat mencari ilmu yang bermanfaat, dari manapun sumbernya. Untuk itu, kita perlu bersikap fleksibel. Kita tidak pernah tahu ilmu mana yang kelak paling bermanfaat bagi diri kita.
• Giat mengamalkan ilmu yang kita miliki. Ilmu yang tidak diamalkan ibarat pisau belati yang tidak pernah diasah. Pada akhirnya hanya tumpul dan berkarat.
• Menjadi orang yang tepat di tempat yang tepat. Untuk itu, kita harus berusaha mendalami kemampuan tertentu sehingga menjadi spesialisasi. Kemampuan itu akan berguna kelak manakala dibutuhkan, di samping akan membuat kita selalu siap dalam menghadapi berbagai kemungkinan. Hidup adakalanya terasa kejam, dan hanya yang kuat saja yang bertahan.
• Memperbaiki konsep diri. Islam mengajarkan supaya setiap muslim mendalami ilmu agama dan kemudian mengamalkannya. Dari sana, terciptalah keimanan. Jika keimanan semakin dalam, maka akan lahir konsep diri Islami di dalam diri. Dus, selain akan selalu berendah hati (self esteem), kita pun menjadi berusaha mencontoh Rasulullah saw. (self ideal), terutama dari segi ibadah dan hal-hal yang umum. Iman juga membuat kita selalu berpikir positif terhadap diri sendiri, sembari tetap menyadari kelemahan-kelemahan yang ada (self image).
• Membuat peta diri. Antara lain, kita mengevaluasi kekuatan, kelemahan, hambatan, dan ancaman (SWOT) diri kita.
• Berpikir positif, bersikap optimis, dan tahan kritik. Allah saja memerintahkan kita untuk berprasangka baik terhadap-Nya, tentu kita juga harus berprasangka baik terhadap diri kita sendiri, bukan?
• Mengikuti kancah-kancah kompetisi sebagai ajang pembuktian diri. Pengalaman positif dari mengikuti kegiatan-kegiatan seperti ini bisa menambah rasa PD.
• Menjadikan kegagalan sebagai bahan evaluasi diri. Jangan jadikan kegagalan sebagai bahan bersedu-sedan. Menonton sinetron di televisi swasta memang boleh, asal tidak berlebihan dalam meniru adegan kesedihan yang penuh tangis.
• Berinteraksi dengan orang lain. Adakalanya, potensi kita baru terpantau setelah kita menjalin hubungan dengan mereka. Semakin beragam orang yang ditemui, semakin besar pula sisi kehidupan kita yang akan terpetakan. Untuk itu, kita tidak boleh meremehkan orang lain, seperti apapun dia. Di dalam segala sesuatu, selalu ada hal yang istimewa.
• Membangun pesona dalam diri (inner beauty). Pesona ini tersusun oleh pesona ragawi, pesona akal, dan pesona hati.
Orang bijak bilang, lingkungan hidup kita adalah cermin diri kita. Jika kita ingin sekitar kita menjadi lebih baik, maka kita perlu memulainya dari diri sendiri. PD memang bermula dari dalam diri. Karena keberhasilan meraih PD juga berarti keberhasilan mengendalikan suasana hati, maka kemudian kita berpeluang juga untuk mengendalikan suasana lingkungan sekitar. Itu semua berkat pengaruh kekuatan positif dalam diri kita. Ramah atau kejamnya dunia ini, kita ikut menentukannya. PD aja lah, Gih!

adopsi dari buku :
Big Bang Spirit: Mendongkrak Motivasi untuk Meraih Prestasi, karya Sutan Surya dan M. Hariwijaya

Rabu, 09 April 2008

Berapa lama Kita dikubur?

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet.

Baju merahnya yg Kebesaran melambai Lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram Ikatan sabuk celana ayahnya.


Yani dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk Di atas seonggok nisan "Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1915 : 20- 01-1965 "


"Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yg mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk Neneknya...


"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah." Ayahnya mengangguk sembari tersenyum, sembari memandang pusara Ibu-nya.


"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya Yah..." Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. "Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun ... "


Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana . Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini: 19-02-1882 : 30-01-1910"


"Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Yah", jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya. "Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya. "Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa dineraka" kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?"


Ayahnya tersenyum, "Lalu?"
"Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang dikubur .... Ya nggak yah?" mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya.


Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ..... "Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.


Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah Di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya... 42 tahun hingga sekarang... kalau kiamat datang 100 tahun lagi...142 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur .... Lalu Ia menunduk ... Meneteskan air mata...


Kalau Ia meninggal .. Lalu banyak dosanya ...lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan disiksa 1000 tahun?

Innalillaahi WA inna ilaihi rooji'un .... Air matanya semakin banyak menetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi?

Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?


Ya Allah... Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, keatas bahunya naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri jenggotnya


Allahumma as aluka khusnul khootimah.. berulang Kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak ... Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani.


Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan Bambu. Di betulkannya selimutnya. Yani terus tertidur.... tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan... Dan apa yang akan datang di depannya...


"Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku..."


Sebarkan e-mail ini ke saudara-saudara Kita, mudah-mudahan bermanfaat.. .


"Sebarkanlah walau hanya 1 ayat"

Kiriman dari tetangga sebelah...

Kamis, 27 Maret 2008

Terpaksa Ku harus Melepasmu

28 Maret 2008...
adalah batas akhir aku bekerja di penerbit buku yang bernama Pustaka Insan Madani (PIM), sejak bulan Juli 2007 hingga Maret 2008 aku telah bekerja di bagian Artistik sebagai penata letak atau bahasa kerennya adalah Lay Out
banyak kenangan, pengalaman, pengetahuan dan pembelajaran yang aku dapat, namun harus aku akui itu belum seberapa yang aku dapat, 7 bulan bukan waktu yang lama buat belajar, mengetahui, mengenal dan memahami kerja penerbitan.
tapi 28 Maret 2008, aku harus berhenti dari tempat aku bekerja sebagai lay out di PT PIM, karena aku harus menjalani profesi lama yang telah aku geluti selama 2 tahun sebelum aku bekerja sebagai lay out, yaitu sebagai Kepala Bagian Komunikasi dan Informasi.
sebenarnya berat juga untuk meninggalkan PT PIM, salah satu sebab adalah karena masih banyak pengetahuan yang belum aku dapat, sebab lainnya adalah interaksi antar sesama karyawan sangat harmonis, jadi teman-teman kantor sudah saya anggap sebagai keluarga saya sendiri, yang jelas jadi kangen ama mereka semua, bahkan kantor sudah bagai rumah ketiga bagi saya setelah markas PMI :D
dan akhirnya aku harus memilih salah satu, antara profesi sebagai Lay Out atau kah sebagai seorang Kepala Bagian Komunikasi dan Informasi, semua status bukan pegawai negeri, karena terus terang saya anti untuk menjadi pegawai negeri, lha wong dulu tahun 1997 keterima di Akademi Polisi, aku milih mundur, karena memang bukan cita-cita ku menjadi Aparat negara, semacam PNS, Tentara Militer, Polisi apalagi Satpol PP.
cita-cita ku sesungguhnya adalah seniman, jurnalis atau karyawan swastam, dan Alhamdulillah profesi-profesi yang bersinggungan dengan cita-cita ku hampir terpenuhi walaupun dalam skala lokal, ingin ku ya kalau tidak skala nasional, tentu skala internasional.
beberapa profesi yang pernah aku geluti sebelum aku menjadi kepala bagian KOMINFO :
  1. sebagai Musisi Additional di beberapa band yang gagal jadi band tenar.
  2. manajer grup musik yang suka pentas di kampung-kampung pada saat peringatan hari kemerdekaan RI 17 Agustus
  3. reporter buletin di kampung, OSIS, dan PMI
  4. anggota tim penulis buku-buku pelatihan PMR dan manajemen relawan dan PMR
  5. asisten program tata kota di wilayah Kota Yogyakarta.
  6. sopir pribadi seorang dokter
  7. penulis cerpen yang gagal
  8. sudah gagal di cerpen berusaha nulis puisi, dan gagal juga
  9. tersangkut di Pustaka Insan Madani sebagai Layout
  10. selalu membuat desain promo sosial, ajakan membantu orang yang membutuhkan
  11. staf program anjal
  12. manajer program anak jalanan hingga akhirnya menjadi project officer biar keliatan keren...
sebegitu banyaknya profesi yang aku jalanin, kenapa ya aku belum pernah merasakan profesi dengan gaji banyak, fasilitas banyak dan kerjaan gak banyak...
satu pelajaran dan hikmah yang dapat aku ambil dari semua liku kehidupan yang aku jalani adalah hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti...
berjuang-berjuang, tiada kata lelah buat berjuang...

Kamis, 21 Februari 2008

Permainan dalam pembelajaran

BERMAIN PERAN: MEMBANTU TEMAN

Tujuan:

  1. Melatih ketrampilan berempati terhadap permasalahan orang lain
  2. Melatih ketrampilan membantu orang lain
  3. Melatih kemampuan mengekpresikan diri
  4. Melatih rasa percaya diri anak

Waktu: 60 menit

Peralatan: kertas, alat tulis (bila perlu)

Jumlah peserta: 12-16 orang

Tempat: dalam ruangan

Deskripsi kegiatan:

  1. Fasilitator membagi peserta ke dalam 4-5 kelompok (5-6 orang per kelompok)
  2. Setiap kelompok diminta untuk membuat suatu cerita yang akan dimainkan di hadapan kelompok lain
  3. Tema tiap kelompok akan berbeda dimana masing-masing tema berkaitan perasaan marah, sedih, malu, takut
  4. Kelompok diminta untuk membuat cerita bagaimana mereka membantu orang yang sedang mengalami perasaan tersebut
  5. Setelah cerita selesai dan kelompok telah berbagi peran maka tiap kelompok memainkan cerita yang telah dibuatnya dihadapan kelompok lain
  6. Sementara itu kelompok lain boleh memberikan masukan mengenai cara lain membantu orang tersebut (orang yang memberi masukan dapat pula ikut serta dalam permainan peran yang sedang dilakukan)
  7. Setiap kali satu kelompok selesai melakukan permainann peran maka fasilitator mengembalikan kondisi anggota kelompok tersebut ke dalam situasi sebenarnya (melakukan debriefing) dengan cara berterima kasih dan menyebutkan nama peserta tersebut satu persatu
  8. Setelah semua kelompok memainkan ceritanya secara bergantian maka peserta kembali duduk melingkar dan mendiskusikan mengenai perasaan dan pengalaman mereka melakukan kegiatan tersebut serta maksud/tujuan kegiatan tadi
  9. Fasilitator merangkum hasil diskusi dan menambahkan mengenai kepedulian pada orang lain, berempati, menolong orang lain, mendukung dan menguatkan orang lain atau nilai lain yang ingin di sasar dari kegiatan tadi

Variasi/alternatif:

  • Tema cerita bisa disesuaikan dengan nilai yang ingin disasar misalkan ingin menyasar mengenai permasalahan kelompok, situasi menyulitkan, pengalaman tidak menyenangkan dll


Pertanyaan reflektif:

  1. Bagaimana perasaan peserta saat melakukan kegiatan tadi?
  2. Apa yang dipikirkan dan dilakukan kelompok ketika mendapat tugas seperti itu?
  3. Bagaimana kelompok melakukan kegiatan tadi dari membuat cerita, berbagi peran hingga bermain peran?
  4. Bagaiman orang yang dalam peran tersebut dibantu oleh temannya?
  5. Bagaimana temannya tersbeut membantu dia?
  6. Dalam kehiduipan sehari-hari bagaimana ketika kita melihat teman kita mengalami situasi yang mirip dengan cerita tersebut?
  7. Apa yang kita lakukan? Bagaimana perasan kita?
  8. Adakah kendala untuk membantu teman tersebut?
  9. Bagaimana ketika kita yang menghadapi situasi tersebut? Apa yang kita rasakan dan pikirkan?
  10. Bagaimana perasaan kita ketika ada teman/orang lain yang membantu kita? Bagaimana perasaan kita ketika tidak ada orang yang membantu kita?
  11. Apa tujuan/maksud dari kegiatan tadi? Apa yang dipelajari?
  12. Bagaimana kita menggunakan hal itu dalam kehidupan kita setelah kegiatan ini selesai?

Dulu P3K sekarang Pertolongan Pertama

Sengaja aku menuliskan judul diatas seperti itu, karena ada kisah menarik dari judul tersebut dimana bisa membuat orang saling membenci, bahkan saking ekstrimnya itu judul bisa menyebabkan perang saudara kalau dilanjutkan... tapi Alhamdulillah cuma saling membenci dan mengaku dirinya paling jago dalam melakukan tindakan P3K atau PP atau apalagi kalo mau menyebut istilah itu lainnya.

Sungguh naif memang orang awam yang pernah ikut pelatihan Pertolongan Pertama dan terkena syndrome modernitas, terlalu berlebihan dalam menyanjung-nyanjung dengan hal yang baru dan itu berasal dari negara di benua Eropa (bukan anti eropa lho ya-red), contohnya judul diatas, sebenernya awal mula Pertolongan Pertama itu dari bahasa inggris yaitu First Aid (FA), terus di tulis dalam bahasa Indonesia menjadi Pertolongan Pertama.

Mereka (orang awam yang pernah mengikuti pelatihan PP) dalam melakukan sosialisasi materi P3K atau PP atau FA atau apalagi namanya, dengan bangganya mengatakan PP (FA) itu sudah beda jauh dengan P3K, nah ini dia yang sering membuat masyarakat bingung dengan kata-kata yang sering di lontarkan oleh orang awam yang pernah mengikuti pelatihan PP atau FA tadi yang senang banget di sebut sebagai “Pelatih, Instruktut atau Fasilitator” selepas mereka selesai mengikuti training FA atau pelatihan PP tersebut. Bagaimana masyarakat tidak tambah bingung, yang dijelaskan oleh orang awam yang udah pernah ikut pelatihan PP itu menjelaskan hanya dari definisi nya saja, sedangkan pada saat praktek semua hampir sama, bahkan kecenderungan seorang Fasilitator, Pelatih atau Instruktur PP itu cenderung tidak menjelaskan secara gamblang kenapa mereka merubah dari P3K ke PP ada apa? Atau jangan-jangan pelatih salah dalam membawakan pengantar? Seharusnya dia tidak mengatakan perbedaan PP dan P3K?

Pengertian P3K adalah bantuan yang dilakukan dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke rujukan, sedangkan Pertolongan Pertama (PP) adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/ kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar, yaitu suatu tindakan perawatan yang didasarkan pada kaidah ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh orang awam khusus yang dilatih memberikan pertolongan pertama.

Bisa anda lihat perbedaan arti dari P3K dan PP? Tapi yang selalu muncul dalam benak seorang Fasilitator, pelatih atau instruktur PP mengungkap perbedaan antara P3K dengan PP adalah di dalam P3K terdapat kata Kecelakaan sehingga penekanan seorang Fasilitator PP bahwa P3K itu di pakai jika hanya terjadi kecelakaan, namun pemahaman masyarakat tentang P3K itu luas, bahkan mengartikan kata kecelakaan itu juga luas sekali. Arti kecelakaan adalah suatu kejadian diluar kemampuan manusia yang terjadi dalam sekejap yang dapat menyebabkan gangguan pada jasmani maupun rohani bahkan bisa menyebabkan kematian.

Sedangkan didalam PP ada kata ”Medis Dasar”, bahwa ilmu PP itu merupakan dasar-dasar kaidah ilmu kedokteran, sedangkan dalam masyarakat umum, untuk memahami secara mendalam makna kata P3K dan PP, sedang yang ada dalam benak masyarakat adalah bagaimana cara menolong orang yang butuh pertolongan, sedang saat ini banyak para pelatih PP yang dengan gencar-gencarnya mensosialisasikan materi PP dengan membedakan PP dengan P3K, bahkan kadang substansinya terlalu jauh dari apa yang diharapkan masyarakat.

Tapi yang terjadi di masyarakat adalah demikian adanya. Salah siapa?

Kadang yang sering di lupakan oleh seorang fasilitator, pelatih ataupun instruktur adalah asal-usul audiens? Sering aku mengikuti, mendampingi, menjadi asisten dan melihat dalam pelatihan seorang pelatih tidak siap dengan materinya, karena terkejut dengan audiens yang dia hadapi, terutama dalam materi PP dimana masyarakat umum yang meminta untuk mendapatkan materi PP, sehingga lepas pemberian materi yang terjadi seorang pelatih tersebut, akan merasa kurang lengkap dalam memberikan materinya (sebenernya ini menampakkan ke bodohan diri pelatih tersebut – red) seorang pelatih tersebut selalu menyamakan kondisi audiens, bahwa dia adalah orang yang belum pernah mendapatkan ilmu dasar P3K, atau semacamnya, padahal kalo kita mau menengok kebelakang, sudah ada berapa banyak judul buku P3K praktis, PP praktis, Jika tidak ada dokter apa yang harus dilakukan dan judul lainnya yang berisi tentang pengetahuan pertolongan pertama. Jadi secara otomatis sebenarnya masyarakat sudah banyak tahu bagaimana P3K atau Pertolongan Pertama, dan tidak perlu di jelaskan atau disombong-sombongan istilah P3K, PP atau FA , biarkan masyarakat sendiri yang memaknai dan memahami kata tersebut.

Inti dari pemberian materi P3K, atau PP atau FA kepada masyarakat adalah agar masyarakat bisa melakukan tindakan pertolongan pertama dengan tepat sebelum tindakan lanjut, dan substansi materi yang diberikan haruslah sesuai keinginan masyarakat (jangan memaksakan sesuatu perubahan baru didalam masyarakat, sedangkan kita tidak mau mengetahui kebutuhan masyarakat) sehingga makna daripada sosialisasi Pertolongan Pertama bisa mengena pada sasaran, tidak hanya sekedar formalitas penyampaian materi, dan akhirnya tujuan tercapai, yakni menurunnya angka kematian disebabkan gagalnya tindakan pertolongan sebelum tindakan medis di rumahsakit, karena biasanya dan ini sudah umum, jika membawa pasien ke rumah sakit umum daerah atau kalaupun swasta seringnya pasien masuk di instalasi gawat darurat pasien hanya di biarkan, dan pihak rumah sakit mendahulukan administrasi dari pada tindakan, ironi banget ya….

Bagaimana bangsa ini akan maju, jika yang terjadi demikian, lalu kenapa generasi mudanya yang selalu kena imbasnya ya?

Semua kembali pada anda dalam menyikapinya… marilah terus belajar dari segala kejadian di sekitar kita.